UWU UTARA - Nilai transaksi ekonomi di kabupaten Luwu Utara setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume ekonomi baik yang tercermin dari sisi produksi (supply side) dengan 17 sektor maupun dari sisi permintaan akhir (demand side) dengan enam instrumen penggerak ekonomi.
Peningkatan dari sisi supply side dan demand side ini telah memberi kontribusi hingga mencapai Rp16, 05 Triliun di tahun 2022. Bahkan kini meningkat menjadi Rp17, 84 Trilliun di tahun 2023. Demikian diungkapkan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida), H. Aspar, Senin (25/3), di Masamba.
Baca juga:
Warga Serbu Minyak Goreng di Monumen Mandala
|
Aspar mengatakan, dari sisi produksi, ekonomi Luwu Utara paling banyak ditopang oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan. Sektor ini, kata dia, menjadi penyumbang terbesar terhadap total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) hingga mencapai 50, 00% yang pada 2022 mencapai Rp8, 02 Triliun, dan kini meningkat Rp8, 92 Triliun pada 2023.
“Dari sisi permintaan akhir, volume ekonomi kabupaten Luwu Utara didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT), yang juga menyumbang lebih dari separuh total Nilai Tambah Bruto (NTB) atau PDRB Penggunaan atau Pengeluaran atau Permintaan Luwu Utara, ” terang mantan Sekretaris DPRD Lutra ini.
Diungkapkannya, pada tahun 2022, Nilai Tambah Bruto (NTB) Kabupaten Luwu Utara berada pada kisaran Rp9, 12 Triliun. Nilai ini meningkat menjadi Rp9, 82 Triliun pada 2023. “Sementara dari total PDRB Luwu Utara pada tahun 2022 itu telah mencapai Rp16, 05 Triliun dan kini meningkat pada 2023 menjadi Rp17, 84 Trilliun, ” ungkap Aspar lagi.
Aspar juga menambahkan bahwa kondisi transaksi ekonomi di kabupaten Luwu Utara juga terus mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan dari sisi permintaan akhir, yakni Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 8, 62%. Sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sedikit mengalami perlambatan.
Kendati demikian, kata dia, NTB masih bertahan di volume sebesar Rp1, 45 Triliun pada 2023 dengan komponen penyumbang berasal dari nilai pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran kompensasi pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal dan nilai output dari BI dikurangi nilai penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit produksi yang tak terpisahkan dari aktivitas pemerintah secara keseluruhan.
“Dalam situasi dan kondisi kabupaten Luwu Utara pascabencana banjir bandang tahun 2020 yang lalu, tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi telah membawa dampak positif terhadap peningkatan nilai investasi di kabupaten Luwu Utara yang berasal dari Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan Perubahan Inventori (PI), ” jelasnya lagi.
Dikatakannya, pada 2021, nilai investasi di kabupaten Luwu Utara tumbuh sebesar 1, 33%, dan pada 2022 kembali tumbuh sebesar 2, 76%. Pertumbuhan yang sangat signifikan ini, lanjutnya, lagi-lagi terjadi pada 2023 sebesar 6, 69?ngan total nilai investasi sebesar Rp5, 29 Triliun.
“Dalam kondisi pemulihan ekonomi pascabencana banjir bandang dan pandemi Covid-19, neraca perdagangan Luwu Utara atas ekspor dan impor terus mengalami perbaikan. Di mana pada 2021, neraca perdagangan Luwu Utara defisit sebesar Rp26, 53 Miliar, ” terangnya. Tak hanya itu, di tahun 2022 kondisi perekonomian Luwu Utara terus mengalami koreksi positif dengan surplus sebesar Rp6, 82 Milyar dan pada 2023.
“Lagi-lagi Luwu Utara memperlihatkan ketangguhan ekonominya dengan memperoleh surplus perdagangan sebesar Rp155, 21 Milyar. Kondisi ini tentu tidak lepas dari upaya dan dorongan yang cerdas secara menyeluruh dan terus menerus oleh Bupati Luwu Utara yang tidak pernah lelah dengan kesigapan dan kemampuan untuk menggerakkan seluruh instrumen dan segenap potensi masyarakat, aparat dan pemerintah daerah, sehingga Luwu Utara bisa tangguh, bangkit, maju, mandiri dan menjadi daya ungkit tersendiri bagi perekonomian di Sulsel, ” tandasnya. (LHr)